Saya sangat
tertarik dengan kisah pencarian jodoh yang dikisahkan dalam Alkitab, yaitu
pencarian jodoh untuk Ishak. Ishak adalah anak Abraham dari Sara, istrinya.
Suatu saat
Abraham menugaskan hambanya yang lebih tua mencarikan jodoh bagi Ishak. Adapun criteria
jodoh yang dicarinya itu adalah masih berasal dari sanak saudaranya, jangan
sampai mencarikan jodoh dari kelompok orang kafir. Hambanya ini tidak boleh
pulang sebelum mendapatkan jodoh bagi anaknya.
Hamba ini pun
diberangkatkan dengan perbekalan yang lengkap, di antaranya berbagai perhiasan
dan pakaian yang indah. Selain itu, diperlengkapi juga dengan bawaan 10 ekor
unta. Tugas ini bukanlah hal yang mudah. Hampir saja hamba ini menyerah karena
merasa tidak sanggup melakukannya. Abraham memotivasinya dan mengatakan bahwa
perjalannya pasti berhasil karena Tuhan pasti menyertai perjalanan dan usahanya
itu. Hamba ini pun memohon doa restu dari majikannya supaya langkahnya berjalan
baik.
Tidak lupa
hamba ini juga memohon petunjuk dari Tuhan untuk mendapatkan jodoh bagi anak
majikannya itu. Hamba ini meminta tanda dari Tuhan. “Barangsiapa yang pertama kali saya temui, yang mau memberikan
air minum untuk saya dan binatang bawaan saya, ialah gadis yang akan menjadi
jodoh bagi Ishak.” Padahal hamba itu belum
mengenal siapa saja sanak saudara majikannya itu. Belum lagi perjalanan yang
ditempuhnya sangat jauh.
Benar saja, hamba ini melihat seorang gadis sedang menmba
air di sumur dan memenuhi buyung atau tempayan yang dibawanya. Hamba ini pun
memohon kepadanya, “Berikanlah air untuk saya.” Gadis ini pun memberikan air
dari buyungnya itu. Bahkan binatang bawaan hamba itu pun diberinya minum. Oleh karena
sudah jelas tanda yang diberikan Tuhan kepadanya, hamba ini bertanya kepada
gadis itu, “Siapa namamu dan dari mana kamu berasal ?” Gadis ini
pun member tahu namanya dan keluarganya.
Nama gadis itu adala Ribka. Hamba Abraham itu memberikan gadis itu
anting-anting emas seberat 0,5 syikal (=5,7
gram) dan sepasang gelang tangan seberat 10 syikal (=114 gram). Sungguh jumlah
yang sangat besar. Mendapat perlakuan yang special itu, Ribka pun berlari
menuju rumahnya dan memberi tahu akan kejadian itu.
Orang tua dan kakaknya heran mendengat cerita Ribka.hamba
Abraham itu disambut datang ke rumah orangtua Ribka. Ia dijamu dengan baik. Hamba
itu menceritakan tugas dan perjalanannya. Orangtua dan saudara Ribka pun
menyetujui untuk membawa Ribka kerumah tuannya, Abraham untuk menjadi istri
bagi Ishak. Hamba itu pun memberikan mas kawin sebagai tanda keseriusan kepada
Ribka, yaitu perhiasan emas, perak, dan pakaian kebesaran. Demikian juga
saudara Ribka dan ibunya mendapatkan pemberian yang indah-indah atas jawaban
kesediaan Ribka menjadi pendamping bagi Ishak.
Oleh karena itu, Ribka dibawa bersama hamba Abraham. Tidak
lupa bahwa orang tua Ribka memberkati anaknya supaya mempunyai keturunan yang banyak dan menjadi penguasa
diberbagai daerah. Usaha hamba ini pun berhasil dan sukses. Akhirnya Ishak
menikahi Ribka yang nantinya akan melahirkan dua anak laki-laki yang kembar
yaitu Esau dan Yakub.
Ada ungkapan yang berkata “Takkan lari gunung dikejar.” Sehubungan
dengan pasangan hidup, ada yang berkata, “Jodoh sudah dipersiapkan oleh Tuhan.”
Benarkah demikian ? Memang gunung tidak akan lari, bahkan ttidak akan bergerak
kalau didekati. Hal ini bergerak adalah orang yang mendekatinya. Itu artinya
bahwa dalam hal jodoh dibutuhkan usaha. Di mana ada usaha disitu ada jalan. Memang
jodoh sudah dipersiapkan Tuhan. Namun, Tuhan menghendaki manusia untuk
berusaha.
Dari kisah
tersebut, kita dapat melihat usaha dan perjuangan keras untuk mendapatkan jodoh
bagi Ishak. Penekanan utama dalam kisah tersebut adalah melibatkan Tuhan dalam mencari jodoh. Berkat penyertaan dan
pertolongan Tuhan sehingga hamba itu berhasil menjalankan tugas yang
diamanatkan kepadanya. Ishak pun mendapatkan jodoh melalui hamba Abraham.
Perkawinan yang bahagia tidak terlepas dengan campur tangan
Tuhan. Seseorang pernah mengatakan bahwa perkawinan itu seperti ritsleting. Pada
ritsleting itu ada dua baris sejajar yang bergerigi. Dua baris yang bergerigi
bisa sangat serasi menempel satu sama lain. Ia bisa mengaitkan dua baris
bergerigi dan menguncinya.
Demikian juga dalam perkawinan. Dua orang bisa menjadi satu
seperti dua baris bergerigi. Namun bila mereka meninggalkan Allah dalam
kehidupan dan perkawinan mereka, mereka akan nmenjadi ritsleting tanpa pengait.
Ritsleting itu tidak bisa bekerja. Dalam perkawinan ada tiga pribadi yang
terlibat ; seorang pria, seorang wanita dan Allah.
Doa merupakan modal bagi keluarga Ishak dengan Ribka dalam
membina rumah tangga yang baru. Ada doa dari Abraham sebagai orangtua Ishak,
ada doa dari hamba Abraham yang memohon petunjuk untuk mendapatkan jodoh bagi
Ishak dan ada doa dari orangtua Ribka waktu memberangkatkan Ribka menemui calon
suaminya.
Alkitab melaporkan bahwa pada kemudian hari keluarga Ishak
menjadi keluarga yang berbahagia. Ribka menjadi cinta abadinya yang diberikan
Tuhan kepadanya. Tidak ada wanita lain yang menggantikan sosok Ribka. Tidak ada
gundik atau isteri lain. Saya pun berkesimpulan bahwa Tuhan menyertai
keluarganya karena keluarga ini memohon petunjuk dan pimpinan Tuhan.
Hal kedua yang saya amati dari perjalanan kisah cinta antara
Ishak dan Ribka adalah tentang pengurbanan dan harga yang mahal. Selain dukungan
doa dari Abraham, hamba itu juga diberangkatkan dengan sepasukan ternak dalam
jumlah yang besar. Belum lagi dengan berbagai jenis perhiasan dan pakaian
kebesaran.
Pertama kali bertemu dengan Ribka, hamba itu sudah
memberikan anting-anting 0,5 syikal dan sepasang gelang tangan seberat 10
syikal. Ketika ada kesepakatan menerima lamaran Ishak atas Ribka, hamba itu
memberikan lagi perhiasan dalam jumlah yang banyak dan juga pakaian kebesaran. Tidak
hanya itu, saudaranya Ribka dan orangtuanya
juga diberikan pemberian yang indah-indah.
Balasan yang diberikan oleh pihak perempuan (Ribka) adalah
dengan menjamu rombongan dari hamba Abraham itu. Mereka mempersiapkan tempat
tinggal dan jamuan terbaik bagi hamba Abraham itu. Tentunya selama menginap,
rombongan hamba Abraham ini dilayani dengan baik.
Kesimpulan yang saya tarik dari kisah ini adalah cinta
membutuhkan pengurbanan dan ada harga yang harus dibayar. Walaupun hamba
Abraham sudah menceritakan tentang maksud dan tujuannya tetapi pihak Ribka
tidak langsung menjawab “Ya.” Mereka terlebih dahulu menyelidiki dan memikirkan
dengan matang tentang si pelamar, baru kemudian mereka berani mengambil
keputusan. Jangan sampai menganggap pernikahan itu gampangan. Pernikahan adalah
sesuatu yang diperoleh dengan penuh perjuangan dengan membayar harga yang mahal
sangat berkesan dan menjadi kenangan sepanjang masa bahkan seumur hidup.
\tidak cukup hanya sekedar jatuh cinta, selanjutnya harus
membangun cinta sehingga bisa saling memperlengkapi dan berbenah diri serta
saling menerima.
Tiga hal yang dibutuhkan dalam mengawali dan membentuk rumah
tangga yang baru, yaitu ;
1. Keintiman
2. Hasrat
3. Komitmen
Bila ketiga hal ini tidak ada dalam pernikahan, dasar
pernikahan itu akan rapuh. Setiap pasangan yang telah berumah tangga harus
saling belajar satu sama lain untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan
sebelumnya. Bukan berarti sudah menjadin
rumah yang sempurna, tetapi mereka sudah menuju kesempurnaan. Oleh karena
itulah Yesus berkata, “Haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang disorga
adalah sempurna” Matius 5;48
Keintiman dapat dikembangkan oleh setiap individu dalam
hubungan dengan pasangannya. Keintiman adalah pengalaman kedekatan melalui
kata-kata, sikap dimengerti dan diterima yang mendorong keinginan untuk saling
lebih mendekat dan saling mengisi.
Sebagai bagian dari cinta natural, hasrat dimiliki dan dapat
dikembangkan oleh setiap individu dalam hubungan dengan pasangannya. Hasrat lahir
dari dorongan yang mendekat, menyatu dan memuakan insting seksual. Sesuai dengan
naturnya yang irasional, kadang-kadang hasrat bergerak diluar kesadaran dan
kendali pribadi. Pasangan yang saling mencintai seharusnya saling mewaspadai
kehadiran hasrat dalam hidup mereka.
Komitmen adalah sesuatu yang sangat penting dan harus
dilakukan dalam memulai suatu hubungan dan memutuskan untuk menikah. Cinta natural
juga memiliki komponen pertimbangan untuk mengambil keputusan dan mengikatkan
diri dengan pasangan dalam bentuk yang resmi. Kehadiran komponen ini menentukan
besarnya tanggung jawab, kesetiaan, dan
keseriusan untuk mengabadikan hubungan mereka berdua.
Jadi, dengan uniknya ketiga komponen ini (keintiman, hasrat,
dan komitmen), hubungan cinta laki-laki dan perempuan merupakan hubungan yang
dinamis dengan tiga komponen yang membentuk konfigurasi yang berubah-ubah. Kadang-kadang
satu atau dua komponen tersebut mengecil, bahkan hilang meski kedua individu
yang bersangkutan masih terikat satu dengan yang lain; atau hubungan di antara
kedua pribadi tersebut sudah tidak dinikmati bahkan saling melukai, tanpa
keberanian untuk memutuskan (Yakub Susabda, Konseling
Pranikah, 2005; 34-35).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar