Saya
adalah penggemar dari buku Bapak Jonar Situmorang, yang berjudul Berani Menikah.
Pada Bab 4 bicara tentang Jodoh di Tangan Siapa. Bab ini menurut saya menarik
untuk dibahas. Pada tulisan beliau ada beberapa kisah yang sangat memberkati. Yang
bisa menjadi bahan pembandingan untuk para pembaca agar memahami sebenarnya
Jodoh di tangan siapa. Berikut ulasan yang saya kutip ;
Sebenarnya
jodoh di tangan siapa ? Di tangan Tuhan, di tangan diri sendiri atau
di tangan orang lain. Kisah ini
menceritakan dari beberapa pengalaman Beliau selama melayani pasangan yang
mendapat bimbingan pra-konseling dan juga literatur yang beliau bagikan.
Kisah
pertama Adalah antara Joko dan Yanti (bukan nama sebenarnya). Padangan ini
sama-sama ingin mendapatkan pasangan hidup karena dari segi usia, mereka sudah
dewasa dan sudah matang. Yanti tinggal di Malang, sedangkan Joko tinggal di
Papua yang bekerja sebagai guru dan dosen di beberapa sekolah. Keduanya sama-sama
berprofesi sebagai guru.
Suatu ketika teman Yanti satu kampus mendapat
tawaran kerja di Papua. Temannya ini bertemu dengan Joko dan memperkenalkan
Yanti kepadanya. Ia memperlihatkan fotonya di social media melalui Facebook. Mendengar
referensi dan informasi yang jelas, tajam, dan terpercaya itu, Joko pun
penasaran dan ingin berkenalan dengan gadis itu. Joko mencoba bergabung menjadi
teman dalam media social FB. Joko menunggu bahwa Yanti akan merespon pertemana
itu. Lama ditunggu, tetapi ia tidak merespons.
Joko mengaku bahwa dirinya memang sedang
mencari dan mendambakan pasangan hidup yang bisa mendampingi dirinya. Untuk urusan
yang satu ini, Joko mengambil waktu khusus berdoa. Oleh karena itu, ketika
mencoba pertemanan dengan Yanti, ia tetap menunggu sampai pertemanannya itu
direspons. Perhatiannya itu ternyata tidak sia-sia. Mereka pun saling mengenal
melalui media social sampai beberapa bulan. Saling berbagi pengalaman melalui
media social itu.
Oleh karena sesuatu hal atau karena kesibukan
mereka sempat kehilangan kontak. Joko merasa cocok dengan wanita yang baru
dikenalnya itu. Sebelum mengutarakan niatnya untuk berteman lebih serius, Joko
mengambil waktu untuk berdoa. Ketika hatinya suda mantap dan pasti,
ditulisnyalah ungkapan isi hatinya di media social tadi. Tentu yang pertama
kali diajukan Joko adalah ;
Maukah Yanti menjadi teman dekatnya ? Istilahnya TTM, untuk menjaga privas seorang
wanita tentu ajakan itu tidak langsung dijawab. Perlu waktu untuk
memikirkannya, atau sekedar masa jeda. Setalah dipertimbangkannya Yanti pun
mengatakan bersedia untuk menjadi teman dekatnya.
Oleh
karena sudah mendapat kabar yang menggembirakan itu, Joko pun bersyukur kepada
Tuhan karena mendengar dan menjawab doanya selama ini. Hubungan mereka itu pun
semakin intens. Tidak hanya melalui media FB saja tetapi mereka sudah sering
telepon-teleponan. Hubungan mereka pun semakin intim. Rasanya ada yang kurang
kalau tidak menelpon dalam satu hari.
Walaupun
sudah merasa dekat akan hubungan mereka, tetapi mereka berdua belum pernah
ketemu. Akhirnya kedua pasangan ini berani maju selangkah dengan mengambil
keputusan untuk bertunangan. Hubungan keduanya sudah diberitahukan kepada orang
tuanya dan mereka sudah mendapat lampu hijau. Oleh karena itu, mereka sepakat
bertemu di Malang (rumah orang
tua si perempuan).
Pertunangan itu dilangsungkan dengan dihadiri
bersama oleh keluarga kedua belah pihak dan diteguhkan oleh gembala siding setempat
yang ada di Malang. Sudah lebih satu tahun perkenalan mereka dan baru di acara
tunangan itu mereka bisa bertemu secara langsung. Hanya dalam waktu dua minggu
dari acara pertunangannya itu hubungan mereka berlanjut kepada acara puncaknya
yaitu pernikahan. Ternyata waktu tunangan itu, pihak keluarga laki-laki sudah
menanyakan perihal tanggal pemberkatan pernikahan. Akhirnya, kedua pasangan ini
pun diberkati di Malang. Tidak lama sesudah peneguhan pernikahan, Joko dan
Yanti yang sudah resmi menjadi suami isteri kembali ke Papua. Di sana mereka
berdua bersama-sama melayani sebagai Guru dan Dosen.
Kisah kedua adalah seorang mahasiswi teologi
sudah lulus bergumul mendapatkan pasangan hidupnya. Ada temannya yang
memperkenalkan mahasiswi ini kepada hamba Tuhan. Bermula dengan memberi nomor
Hp dan diawali dengan sms-an. Oleh karena obrolan mereka nyambung, akhirnya
mereka berlanjut pada pembicaraan yang serius. Padahal tempat mereka dipisahkan
dengan pulau yang sangat berjauhan. Si laki-laki di Kalimantan dan si Perempuan
berada di Jawa Timur. Hebatnya, pasangan yang baru mengenal melalui Hp ini
berani langsung mengambil keputusan untuk menikah. Mereka pun janjian
melangsungkan pernikahan di Jawa Timur. Sang laki-laki datang ke Jawa dan tiga
hari kemudian sesudah kedatangannya itu, mereka langsung menikah. Hal yang
mengherankan, keluarga dan kedua belah pihak tidak ada yang hadir. Hanyab dengan
kepercayaan sebagai sesame hamba Tuhan sehingga gereja berani memberkati
pasangan ini. Sungguh unik dan jarang terjadi yang seperti ini.
Ketiga, kisah seorang gadis yang sudah sangat cukup
umur untuk menikah. Kisah ini saya dapatkan dari kesaksian David Yonggi Cha,
pendiri dan gembala siding Gereja Yoido Full Gospel di Korea Selatan. Suatu ketika
gadis ini bertemu dengan Yonggi Cho. Ia memohon supaya mendukungnya dalam doa
untuk mendapatkan jodoh. Yonggi Cho balik bertanya “Seperti apa jodoh yang kamu
inginkan. Harus jelas dan terperinci. Bila sudah jelas, tuliskanlah dalam
sebuah kertas dan bawalah kepada saya. ” itulah saran yang disampaikan Yonggi
Cho. Si gadis itu sempat bingung bagaimana caranya menuliskan jodoh yang
didambakannya. Padahal, ia belum pernah didekat atau mendekati seorang pria. Oleh
karena ditantang seperti itu, melalui
pergumulan doa, sang gadis ini pun menuliskan pria idamannya yang menjadi calon
suaminya. Ciri-cirinya sangat lengkap dan spesifik, sesuai dengan anjuran
gembala sidangnya. Asal negaranya, tingginya, model rambunya, pekerjaannya dan
usianya. Pokoknya sangat lengkap dan jelas.
Daftar itu dibawa kepada Yonggi Cho dan kemudian
didoakan. Saran berikutnya adalah si gadis itu diperintahkan supaya menaruh dan
menempelkan daftar itu di kamarnya. Ia harus membayangkan bahwa dirinya sedang
berdampingan dengan lelaki yang menjadi idamannya itu. “Anggaplah
bahwa dirimu sudah mendapatkannya”
itulah saran Yonggi Cha.
Setiap
hari gadis itu membaca daftar yang dituliskannya itu. Ia percaya bahwa lelaki
itulah yang Tuhan persiapkan menjadi calon suaminya. Ternyata lelaki yang
menjadi idamannya itu adalah bangsa Jerman dan yang berprofesi di bidang music,
yaitu sebagai pemimpin dalam acara orchestra. Lelaki itu pun cukup tinggi
sesuai dengan daftar yang dituliskannya.
Suatu
saat Gereja Yoido Full Gospel kedatangan tamu asing dari Jerman untuk mengisi
acara paduan suara, yaitu group orchestra. Ketika grup ini tampil, seorang
lelaki yang memimpin koor itu sebagai dirigen berdiri di depan, dihadapan
kelompok paduan suara itu. Si gadis itu tersontak kaget, lelaki yang berdiri di
depan itu persis seperti criteria yang menjadi lelaki idamannya itu. Padahal
mereka belum pernah bertemu dan tidak pernah kenal. Namun ketika beradu
pandang, keduanya mengaku seperti ada kontak batin satu sama lain. Sesudah selesai
acara ibadah, mereka pun saling berkenalan. Dengan tersipu-sipu si gadis
menceritakan hal yang selama ini menjadi pergumulannya.
Gayung
bersambut, pembicaraan mereka pun semakin serius. Akhirnya, mereka pun
mengambil keputusan bahwa keduanya akan mengakhiri masa lajangnya dan menginjak
pada pernikahan. Pasangan ini pun diberkati di gereja. Kesaksian yang
mengharuskan seorang gadis yang cukup umur boleh disebut lebih dari usia yang
sewajarnya untuk menikah. Akhirnya ia mendapatkan jodoh sesuai dengan daftar
yang pernah ia tulis dan gumuli melalui doa. Mereka pun diberkati di Gereja
Yoido Full Gospel, Seoul Korea Selatan.
Anthony
Christie berkesimpulan akan masalah mendapatkan jodoh ini dengan berkata “Tuhan
yang membimbing, manusia yang mempertanggung jawabkannya”. Artinya dalam usaha
mendapatkan pasangan hidup tetap dan harus melibatkan pertolongan dan
penyertaan Tuhan. Namun, dalam hal memilih itu semua ada pada pilihannya
sendiri. Dengan demikian, manusia pun harus mempertanungg jawabkan atas
pilihannya itu, apapun itu risiko yang dihadapi pada kemudian hari. Salah satu
pertanggung jawabannya yang utama adalah jangan sampai terjadi perceraian. Oleh
karena itu, dalam memilih pasangan hidup tidak boleh asal sembarangan saja.
Rumus
3B yang biasa disebut dalam memilih dan mendapatkan pendamping hidup, yaitu ;
Bibit. Bebet, dan Bobot. Bila 3B ini sudah memenuhi, menyusul 3B lainnya untuk
segera dilakukan ;
1.
Berdoa
2.
Berusaha
3.
Bercermin
Segala
sesuatu yang dilakukan harus selalu melibatkan Tuhan supaya Tuhan menyertai dan
memimpin hal yang direncanakan. Selanjutnya doa harus disertai dengan tindakan.
Iman tanpa perbuatan pada hakikatnya adalah mati.
1.
Ya. Tuhan langsung segera menjawab doa kita
2.
Tunggu. Kita harus bersabar waktu Tuhan yang
tepat menurut kehendakNya
3.
Ya, tapi diberi yang lain. Tuhan mahatau
sehingga Dia memberikan yang terbaik untuk kita; bahwa pemberiannya itu adalah
untuk kebaikan kita dan untuk KemuliaanNya. Jangan sampai manusia mencuri
kemuliaanNya.
4.
Tidak.
Hal ini juga merupakan jawaban doa. Ternyata hal yang kita pinta dan
gumuli kurang pas untuk kita. Tuhan pun berkata Tidak. Mengapa ..karena kadang
yang kita doakan untuk memuaskan keinginan nafsu kita seperti yang tertulis di
Yakobus 4;3. Inilah B yang ketiga, yakni bercermin. Doa pun perlu dievaluasi
karena ada doa yang salah.
Mintalah
pada Tuhan hikmat dan petunjuk dari Allah untuk memilih pasangan hidup. Jangan sampai
salah memilih karena menjadi penyesalan seumur hidup.
3 komentar:
Terimakasih Lesa, yang sudah memberi apresiasi atas buku saya: "Berani Menikah". Salam kenal dan Tuhan memberkati
Terimakasih Lesa, yang sudah memberi apresiasi atas buku saya: "Berani Menikah". Salam kenal dan Tuhan memberkati
waah senengnya di respon sama penulis bukunya. :) SEMANGAT lagi bikin tulisan ku di blog ini.. Iya terima kasih juga atas responnya. Salam kenal juga dan Tuhan berkati kembali..
Posting Komentar